ANALISIS MUTU IKAN TUNA SELAMA LEPAS TANGKAP
a Program Studi Teknologi Hasil Perikanan FAPERTA Universitas Sriwijaya Indralaya
b Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan-DKP
ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu eksportir tuna terkemuka di
dunia. Total volume ekspor ikan tuna pada tahun 2004 adalah 94.221 ton
senilai US $ 243.937 juta Namun, ekspor tuna segar telah terhambat oleh
beberapa masalah kualitas, khususnya yang tinggi kandungan histamin dan
logam berat. FDA (Food and Drug Administration)
melaporkan bahwa selama periode tahun 2001-2005, ada 350 kasus
penolakan tuna di AS karena masalah tersebut di atas. Demikian juga,
dalam beberapa tahun terakhir, ekspor tuna dari Indonesia ke
negara-negara anggota Uni Eropa telah mengalami RASFF (Rapid Alert System for Food and Feed)
dan suspensi ekspor oleh Komisi Eropa. Jelas karena itu, bahwa upaya
untuk meningkatkan penanganan pasca panen sangat penting. Penelitian ini
dilaksanakan di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat dan Pusat Penelitian
Kelautan dan Perikanan Untuk Pengolahan Produk dan Bioteknologi,
Jakarta. Baru menangkap ikan tuna yang dibongkar dan diangkut ke Jakarta
dengan icing yang tepat. Kualitas perubahan dimonitor, termasuk suhu
inti dari ikan, pH, K-nilai (inosine, hipoxantine, IMP, AMP, ADP, ATP),
histamin, logam berat (Hg dan Cd), dan mikrobiologi. Nilai pH sampel
tuna segar pada saat kedatangan di laboratorium bervariasi antara
5,85-6,01. Sedangkan nilai-K dan isi histamin adalah 2,01-13,74% dan
1,28-1,61 mg/100g masing. menghitung mikroba bakteri penghasil histamin
adalah Total dan 102-2,5 x 104 cfu / g dan 101-1,99 x 102 cfu / g
masing-masing. Mercury dan konten cadmium adalah 0,076-0,501 ppb dan
0,052-0,398 ppb masing.
Kata kunci: Kualitas, Pos Penangkapan, Tuna
PDF (download free full text)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar