Besaran
Kerugian Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan : Kasus Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu
Ernani Lubis, Anwar Bey Pane, Retno Muninggar, dan
Asep Hamzah
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan FPIK IPB
Email : ernani_ipb@yahoo.com
Received 02
April 2012; received
in revised form 20 April 2012;
accepted 05
Mei 2012
ABSTRACT
The Fisherman livelihoods at
sea are filled with uncertainty and the catch marketing system is not optimum
so that fisherman has difficulty in the capital. In this condition, the
fisherman to seek capital through the process quickly and with no collateral
even if in the end did’n realize that fisherman has actually entangled and lost
money. The financiers in general is often called middlemen/pengijon that
certain conditions have created a monopoly system because they operate from the
provision of capital, the factors of production to determine the marketing of
fish. The research objective was to
determine how far the dependence
of fishermen in obtaining capital and how much is the actual loss
occurred. This study uses the case of the dependence of fisherman on middlemen in PPN Palabuhanratu by quantitative descriptive analysis. The research has gotten the
results that the majority (90%)
of fisherman PPN Palabuhanratu use middlemen to
obtain fishing capital. This is because the lending process easier, without
collateral, but most of the catch
must be sold to the middleman without passing auction. Based on formulated results, the fishermen lose between
2000.00 to 5000.00 IDR/kg
if their catch is
sold to middlemen. Losses are also caused
by the price of diesel at the middleman or
the retailer is
different IDR 1000.00/liter compared with it price in
the pump. This loss is especially for
fishing line and gillnet
fisherman. The role of fishing ports would need
to be optimized in efforts the fishing supplies provision
and the implementation of the
fish auction system as a whole
in order to the small fisherman has the
bargaining power in auction system and get the
cash money from the catch sale.
Key words: loss, the
fisherman, fishing ports, PPN
Palabuhanratu
ABSTRAK
Mata
pencaharian nelayan di laut yang sarat dengan ketidakpastian dan sistem
pemasaran hasil tangkapannya yang tidak optimal membuat nelayan kesulitan dalam
permodalan melaut. Pada kondisi ini nelayan mencari modal melalui proses yang
cepat dan tanpa agunan walaupun pada akhirnya tidak disadari bahwa nelayan
sebenarnya telah terjerat dan merugi. Pemberi modal tersebut pada umumnya
sering disebut tengkulak/pengijon yang pada kondisi tertentu telah menciptakan
sistem monopoli karena mereka juga menyediakan modal, faktor-faktor produksi
sampai menentukan pemasaran ikan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
seberapa jauh ketergantungan nelayan dalam memperoleh permodalan melaut dan
berapa besarkah kerugian yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menggunakan
metode kasus ketergantungan nelayan pada tengkulak di PPN Palabuhanratu melalui
analisis deskkriptif kuantitaif.
Penelitian ini telah mendapatkan hasil bahwa sebagian besar (90 %)
nelayan PPN Palabuhanratu memanfaatkan tengkulak khususnya untuk memperoleh
permodalan melaut. Hal ini dikarenakan proses peminjamannya lebih mudah, tanpa
agunan namun sebagian besar hasil tangkapan harus dijual pada tengkulak tanpa
melalui pelelangan. Berdasarkan hasil perhitungan, nelayan merugi antara Rp
2000,00 sampai Rp 5000,00/kg apabila hasil tangkapannya dijual kepada
tengkulak. Selain itu kerugian juga karena pembelian solar di tengkulak atau
pengecer berbeda Rp 1000,00/liter dengan harga SPBU khususnya nelayan pancing
dan gillnet. Peran pelabuhan perikanan kiranya perlu
dioptimalkan dalam mengupayakan penyediaan perbekalan melaut dan terlaksananya
sistem pelelangan ikan secara menyeluruh agar nelayan kecil memiliki posisi
tawar dalam tata niaga perikanan dan mendapatkan hasil penjualan secara cash.
Kata
kunci : kerugian, nelayan, pelabuhan perikanan, PPN Palabuhanratufree full text
Tidak ada komentar:
Posting Komentar